Artikel Beribadah oleh Roh Allah (Spirit-Led Worship)
Filipi 3:3-6
Kita hidup di tengah dunia yang mempertontonkan kehebatan maupun pencapaian diri. Hal ini dikenal dengan nama flexing. Flexing adalah tindakan memamerkan kekayaan, prestasi, atau gaya hidup mewah secara berlebihan, terutama di media sosial. Tujuannya untuk mendapatkan pengakuan, pujian, atau membuat orang lain iri. Orang dengan mudah kagum dan mungkin ada juga yang iri ketika melihat orang-orang yang membagikan kesuksesan atau pencapaian diri mereka di berbagai media social. Dengan memposting hal tersebut, sebenarnya ada kebanggaan atas pencapaian tersebut apalagi jika yang nge-like banyak tambah PD lagi. Namun hal tersebut bisa berbanding terbalik jika yang melihat postingan tersebut tidak mampu mencapainya, sehingga membuat dirinya minder.
Jika kita bangga dengan pencapaian diri, apakah kita pernah bangga pengikut Kristus? Bukankah seringkali kita lebih bangga memperoleh hal-hal duniawi dibandingkan hal-hal surgawi yang Tuhan anugerahkan pada kita? Bukankah harusnya kita bangga jika kita menjadi pengikut Kristus yang percaya, taat beribadah kepada Tuhan, yang menggantungkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan. Tapi perhatikan deh, apa yang lebih sering kita posting atau bagikan lebih banyak tentang Tuhan atau tentang pencapaian diri?.
Dulu pun di jemaat Filipi terjadi, banyak orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus tapi menyombongkan diri sebagai orang Yahudi yang disunat, menjalankan hukum Taurat dan merupakan umat pilihan Allah. Jadi kebanggaan akan dirinya sebagai etnis Yahudi begitu ditekankan bukan kepada keselamatan yang Tuhan Yesus berikan. Memang tidak ada salah tentang kebanggaan tersebut, namun jika hal tersebut lebih dibanggakan atau diutamakan daripada ajaran keselamatan di dalam Yesus Kristus maka itu menjadi salah.
Mereka menganggap diri mereka lebih benar dan lebih berharga dibandingkan jemaat Filipi yang tidak bersunat, yang bukan keturunan dari bangsa Israel. Hal ini membuat jemaat di Filipi jadi agak minder, padahal yang dibanggakan mereka itu tidak penting. Yang penting adalah beribadah dengan Roh Allah bukan dengan dengan atribut-atribut adat maupun ritual keagamaan.Bukan kebanggaan sebagai etnis Yahudi atau yang menggunakan atribut adat dan ritual keagamaan yang menyelamatkan tapi yang percaya kepada Tuhan Yesus itulah yang utama.
Mengapa kita tidak bangga sebagai pengikut Kristus? Karena kehidupan kita tidak dipimpin oleh Roh Allah, Kita tidak benar-benar mengenal Allah dengan benar sehingga kita terombang-ambing oleh berbagai hal yang ada di dunia yang kita anggap lebih menyenangkan, lebih asik, lebih membuat bangga.
Bagaimana beribadah/hidup oleh Roh Allah?
karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Fil 3:3
1. Menyadari bahwa semuanya adalah anugerah dari Tuhan
Pada ayat yang pertama dikatakan “bersukacitalah di dalam Tuhan.” Artinya setiap kebaikan Tuhan yang Dia nyatakan kepada kita merupakan anugerahNya, dan bukan dari hasil usaha kita. Itulah mengapa kita bisa bermegah di dalam Kristus Yesus, ya karena memang semuanya yang kita dapatkan merupakan anugerah Tuhan.
Mengapa perintah untuk bersukacita sangat penting untuk diucapkan di tengah bahaya ajaran sesat dari pihak orang-orang Yahudi Kristen? Dengan mensyukuri anugerah Allah di dalam Kristus, jemaat Filipi tidak akan mudah tergiur dengan ajaran atau agama lain yang sekilas terlihat menarik dengan semua ritual dan aturan religius mereka. Mereka memiliki kepuasan di dalam Allah melalui Injil Yesus Kristus.
2. Hidup dalam kewaspadaan.
Dalam ayat 2, berulangkali Paulus menasehatkan agar jemaat Filipi berhati-hati. Terhadap apa saja? Sebenarnya semua ini merujuk kepada pengajar sesat.
- Anjing : Para pengajar sesat yang menganggap orang-orang Kristen non-Yahudi “najis” (tidak bersih sepenuhnya di hadapan Allah) ternyata justru dipandang “najis” oleh Paulus.
- Pekerja-pekerja yang jahat. Dengan menuruti aturan detail Taurat para pengajar sesat beranggapan bahwa mereka mengerjakan kebenaran Allah, tetapi di mata Allah mereka justru mengerjakan kejahatan. Mereka menolak kebenaran Allah dan ingin mendirikan kebenaran mereka sendiri. Ini adalah perlawanan, bukan ketaatan, kepada Allah.
- penyunat-penyunat yang palsu. Mereka mementingkan sunat lahiriah, padahal yang Tuhan inginkan adalah sunat hati.
Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup. Ul. 30:6
Banyak orang jatuh bukan karena mereka lemah dan tidak berdaya, namun karena mereka tidak waspada. Mereka yang tidak waspada dengan meremehkan peringatan, ketika bahaya datang, mereka dapat hanyut dalam kebinasaan. Hal yang sama dapat terjadi pada kerohanian kita. Kepastian keselamatan di dalam Kristus bukan alasan untuk bertindak sembarangan atau meremehkan kewaspadaan. Itulah sebabnya Paulus juga tidak jemu-jemu memberikan peringatan. Pengulangan ini menyiratkan penegasan tentang situasi yang benar-benar membahayakan. Jemaat Filipi tidak boleh menyepelekan situasi yang ada. Mereka perlu diingatkan tentang siapa yang mereka hadapi.
Lalu siapa yang kita hadapi di jaman sekarang? Bukankah banyak bertebaran ajaran-ajaran, atau gaya hidup orang yang berusaha menyeret anak-anak Tuhan untuk hidup di dalamnya. Menganggap hal tersebut lebih baik daripada mengikuti Tuhan. Mari kita renungkan kembali kehidupan kita sebagai orang percaya, sudah seberapa jauh kita lebih mementingkan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik, lebih asyik dibandingkan dengan menyediakan waktu untuk merenungkan firman Tuhan. Dan kita lebih senang membagikan pengalaman tersebut dibandingkan membagikan pengalaman iman kita bersama dengan Tuhan.
3. Persiapan hati
Hidup yang dipimpin oleh Roh Allah, itu menunjukan bahwa apa yang dilakukan berdasarkan apa yang diinginkan Tuhan, dan Tuhan melalui Roh Kudus yang menyampaikannya kepada kita. Roh kudus memberikan hikmat kepada kita sehingga kita dimampukan untuk mengetahui apa yang dikehendaki Allah dari hidup kita. Seperti pada jemaat di Filipi, yang diinginkan Allah bukanlah sunat lahiriah tapi sunat hati, karena sunat hati yang memampukan orang percaya untuk menaati perintah Allah dengan dasar kasih kepada-Nya, bukan mengharapkan sesuatu dari Dia.
Ini seharusnya jadi perenungan bagi kita semua. Apakah kita selama ini beribadah kepada Tuhan hanya sebatas ritual sebagai seorang Kristen? Sehingga kehidupan sehari-hari kita yang lain terlepas dari Tuhan, dan ingat kepada Tuhan kalau ada butuhnya, atau berdoa jika makan saja. Orang bisa saja mengajak atau bahkan memaksa orang untuk beribadah kepada Tuhan, namun tidak ada gunanya jika beribadah tidak berasal dari hati. Hati yang rindu untuk menyembah kepada Tuhan, hati yang rindu untuk selalu dekat dengan Tuhan, hati yang rindu untuk mendengarkan firmanNya, hati yang rindu untuk diajar oleh Tuhan. Tanpa hati kita yang rindu untuk benar-benar berserah pada Tuhan, maka kita akan sulit mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Jadi sebenarnya mengapa orang sulit untuk mendengarkan suara Tuhan dalam hidupnya? bukan karena tidak bisa, tapi hatinya tidak mau atau tidak memiliki kerinduan untuk mendengarnya. Mengapa orang sulit untuk percaya kepada Tuhan dan ajaran kebenarannya? Ya sama juga karena hatinya keras. Tidak ada jalan lain selain merendahkan diri dan bertobat kepada Tuhan, mohon agar Tuhan yang lembutkan hati kita dan bersedia dipimpin oleh RohNya.
Ps. Anthonius Widjaja