Artikel Berbahagialah Orang yang tidak Menjadi Kecewa dan Menolak Aku
Matius 11:2-5
Ketika saya masih remaja, ada beberapa teman saya terus bercerita kepada saya betapa mereka ingin mendapatkan gadis tercantik di kelas kami. Terkadang saya merasa sangat lelah mendengarkan keinginan teman-teman saya untuk mendapatkan perempuan idaman mereka. Hingga hari ini, ketika saya mengingat peristiwa masa itu, masih terasa sangat konyol. Teman saya ada membuat surat cinta, ada yang tiap hari memanggil nama gadis tercantik tersebut, ada yang mentraktinya makan dan minum. Salah satu teman suka bernari-nari di depan saya sambil menyebut nama perempuan tersebut. Sambil menari, dia bertanya kepada saya tentang bagaimana mana cara untuk memenangkan hati gadis tercantik tersebut. Saya katakan, "Saya juga tidak tahu, kamu pikirkan sendiri." Singkat cerita, di akhir masa studi, teman-teman saya pada kecewa. Ternyata, dia menikahi pria dewasa yang sudah bekerja. Teman-teman saya merasa kecewa karena tidak mendapatkan keinginan hati mereka.
Sebenarnya, apabila seseorang ingin menikah demi memperoleh kebahagiaan. Dia tidak akan memperoleh kebahagiaan dari pernikahannya. Terlebih lagi jika seseorang memiliki jiwa yang sengsara dan ingin menjadi bahagia dengan mendekatkan diri kepada orang yang bahagia. Dia mungkin akan berbahagia, tetapi hanya untuk sementara waktu saja. Sering kali manusia mengejar kebahagiaan seperti mengejar bayangan, menggenggam kebahagiaan seperti menggenggam pasir.
Sebagai gembala jemaat, saya menemukan banyak orang tidak bahagia. Sekali pun orang-orang yang kelihatan bahagia, selalu tersenyum dan tertawa, tetapi hati mereka dipenuhi dengan kekecewaan. Kekecewaan kita rasakan ketika harapan kita tidak terpenuhi.
Apakah Saudara pernah pulang ibadah dengan kecewa? Saudara mengharapkan firman Tuhan, tetapi Saudara hanya mendengarkan kekosongan. Kemudian dalam kesedihan, Saudara berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa hamba-Mu tidak lagi memberitakan firman-Mu? Apa yang terjadi dengan hamba-Mu? Kiranya Engkau mengampuni kami! Ya Tuhan, berbicaralah kepada kami."
Apakah Saudara merasa kecewa pada Tuhan karena Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan?
Sebenarnya manusia bisa kecewa pada Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan. Jika Tuhan bukan Tuhan, manusia tidak akan kecewa pada-Nya. Sebab manusia tidak akan merasakan apa-apa terhadap Dia. Manusia hanya akan kecewa pada orang yang ia kasihi dan hormati. Manusia tidak akan merasa apa-apa terhadap orang yang tidak ia kasihi dan hormati. Manusia bisa merasa kecewa kepada Tuhan juga karena ia mengasihi dan menghormati Tuhan.
Yohanes Pembaptis pernah kecewa pada Tuhan sehingga ia meragukan Kristus. Sebelumnya, dia melayani dan memberitakan Kristus. Sekalipun menyadari bahwa dirinya tidak layak untuk membuka tali sepatu Yesus, ia tetap menaati perintah-Nya dan membaptiskan-Nya. Yohanes mulai meragukan Kristus ketika dia dipenjara. SITUASI SULIT membuat dia kecewa. Dia yang dalam kesusahan mulai mempertanyakan, apakah Yesus benar-benar Mesias yang dijanjikan? Dia mulai meragukan apakah Yesus Kristus adalah Tuhan. Dia mengutus murid-murid-Nya untuk menemui Yesus dengan sebuah pertanyaan, "Engkaukah Dia yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Yoh. 11: 2) atau "Are you The One? Or should we wait for someone else?
Apakah Saudara kecewa terhadap Tuhan karena Anda merasa Tuhan tidak menjadikan orangtuamu lebih bijaksana? Mengapa orangtua tahunya hanya mengomel?
Apakah Saudara kecewa terhadap Tuhan karena Anda merasa Tuhan tidak membuat anak Anda takut pada Dia padahal Anda sudah mengajarkan firman-Nya berulang-ulang?
Apakah Saudara kecewa terhadap Tuhan karena merasa Tuhan tidak menjadikan dirimu lebih cantik, lebih ganteng dan lebih pintar?
Apakah Saudara kecewa terhadap Tuhan karena Anda merasa suamimu kurang pintar mencari uang sehingga kamu tidak dapat jalan-jalan ke Switzerland?
Setiap orang bisa kecewa kepada Tuhan, tetapi apakah kekecewaan kita membuat kita menolak Tuhan? Yesus mengatakan, "Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Sarah pernah kecewa kepada Tuhan. Dia menantikan anak perjanjian hingga putus asa. Dia menawarkan Hagar, pembantunya kepada Abraham. Dia berpikir dia dapat mengendalikan Hagar. Namun, setelah Hagar mempunyai anak, Hagar mulai merasa dirinya lebih berharga daripada tuannya. Sarah menjadi sangat gusar terhadap Hagar, anak Hagar dan Abraham. Abraham pasti merasa bingung, "Kamu yang mendorong Hagar kepada saya. Sekarang kamu menyalahkan saya karena Hagar mendapatkan anak." Kita dapat membayangkan kericuhan dalam keluarga Abraham pada saat itu.
Apakah Saudara merasa lelah dengan pasangan hidupmu? Apakah pasangan Saudara terus mengeluh sehingga Saudara berharap mengganti pasangan saja? Belajar dari pengalaman Abraham, jika istrimu menawarkan seorang perempuan untuk menjadi istri keduamu, jangan terima! Lagi pula tidak ada kata "add on" atau menambahkan daftar nama istri di dalam piagam nikah Saudara.
Yeremia pernah kecewa kepada Tuhan terutama ketika dia mengalami banyak kesusahan karena mengajarkan firman Tuhan. Dia ingin mengundurkan diri. Tuhan menyuruh Yeremia untuk mempertimbangkan baik-baik (Yer. 15:29), akhirnya Yeremia tidak jadi mengundurkan diri. Dalam Yeremia 20:9, Yeremia mengatakan "aku hampir menyerah, aku hampir tidak mau mengingat Tuhan lagi, tidak mau mengajar demi nama-Nya lagi, tetapi aku tidak sanggup" (terjemahan bebas saya sendiri).
Apakah Saudara kecewa kepada Tuhan karena sudah sangat lelah melayani TUHAN? Apakah Saudara ingin menyerah seperti Yeremia?
Musa berkali-kali kecewa pada Tuhan. Dalam Bilangan 11:11-15, Musa mengatakan, "TUHAN mengapa Engkau memperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk, mengapa saya tidak mendapatkan kemurahan hati-Mu, mengapa Engkau membebani saya dengan tanggung jawab ini? Mengapa Engkau membuat hidupku susah? Sebaiknya Engkau membunuh saya saja." (terjemahan bebas saya sendiri).
Apakah Saudara kecewa kepada TUHAN karena merasa TUHAN telah membebani dirimu dengan tanggung jawab yang berat? Saudara dibebani dengan anggota keluarga yang sakit, keluarga yang dengan segudang persoalan, sehingga Saudara berharap Tuhan membunuh Anda saja?
Kekecewaan yang paling terakhir adalah ketika Musa berdoa berulang-ulang memohon Tuhan mengizinkan dirinya memasuki Tanah Perjanjian, tetapi Tuhan tetap tidak mengizinkannya. Dalam Ulangan 3:26, Musa berkata, "Gara-gara kamu, TUHAN murka terhadap aku dan tidak mau mengabulkan permohonanku. Aku minta supaya diizinkan memasuki Tanah Perjanjian, tetapi TUHAN berkata, "Cukup! Jangan lagi bicarakan hal itu dengan Aku?" (terjemahan saya sendiri).
Apakah Saudara merasa kecewa kepada TUHAN karena TUHAN tidak memberikan kepadamu apa yang Anda inginkan sekalipun Anda telah memintanya berulang-ulang kepada-Nya? Dia bahkan berkata, "Cukup! Jangan minta lagi!"
Ketika Yohanes Pembaptis kecewa dan mulai meragukan Yesus, dia bertanya kepada Yesus. Yohanes Pembaptis tidak bertanya kepada orang Farisi, maupun ahli-ahli Taurat tentang identitas Yesus. Dia bertanya kepada Yesus. Dia tahu kepada siapa dia harus bertanya. Ketika Saudara kecewa pada Yesus apa yang Saudara lakukan? Apakah Saudara bertanya kepada rekan pelayanan, kolega, penatua dan pendeta? Yohanes memberikan teladan yang sangat bijaksana, dia membawa kekecewaan dan keraguannya kepada Tuhan.
Padahal Yesus dapat menjawab Yohanes dengan sederhana, yaitu cukup mengatakan "Ya." Namun, hal tersebut tidak akan banyak menolong Yohanes. Yesus berpesan kepada murid-murid Yohanes
"Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu DENGAR dan kamu LIHAT: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik - Mat. 11:4
Yesus tidak meyakinkan Yohanes dengan banyak perkataan. Yesus menyuruh Yohanes untuk menggunakan indra rohaninya, yakni MELIHAT dan MENDENGAR. Yesus yakin pada iman Yohanes. Jika dia melihat dan mendengar maka dia akan mengerti.
Yesus mengatakan "Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Jika Saudara tidak menjadi kecewa dan menolak Kristus, Dia juga tidak akan menolak Saudara. Dia justru akan menyayangi Saudara. Dia akan mengampuni Saudara, memberikan Saudara hidupmu serta membuat Anda berpartisipasi dalam hidupnya, menikmati kebahagiaan-Nya.
Dalam hidup ini, selalu ada hal yang mengecewakan.
Saudara cantik? Akan ada yang lebih cantik.
Saudara pintar? Akan ada yang lebih pintar.
Saudara kaya? Akan ada yang lebih kaya.
Saudara kuat? Akan ada yang lebih kuat.
Saudara baik? Akan ada yang lebih baik.
Siapa Anda tidak ditentukan oleh hasil perbandingan. Bapa menempatkan Roh Anak-Nya di dalam hatimu dan menjadikanmu anaknya. Bapa menempatkan Roh-Anak-Nya di dalam hatimu sehingga Saudara dapat berpartisipasi dalam hidup-Nya yang kekal dan berbahagia bersama Dia.
Kita akan kecewa pada TUHAN jika kita tidak mengenal Dia dengan benar. Dua orang murid yang berjalan menuju Emaus berjalan dalam kekecewaan. Namun, setelah pikiran mereka dibukakan oleh Kristus, mereka berlari ke Yerusalem dengan penuh sukacita. Saya percaya baik Sarah, Yeremia maupun Musa, mereka menemukan mereka tidak perlu merasa kecewa setelah mereka merenungkan kembali Siapa TUHAN dan apa yang TUHAN kerjakan dalam hidup mereka.
TUHAN mengenalmu dengan namamu. Dia berjuang untuk dirimu. Dia berpikir tentangmu. Dia memiliki rancangan yang baik bagi dirimu. Dia adalah tempat perlindunganmu. Dia menyertaimu. Dia mau memberikanmu kehidupan yang baik jauh melampaui apa yang sanggup Anda pikirkan. Ketika dalam SITUASI SULIT, Dia menawarkan kepada Saudara untuk berseru kepada-Nya.
Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu HAL-HAL YANG BESAR DAN TIDAK TERPAHAMI, HAL-HAL YANG TIDAK KAUKETAHUI (Yer. 33:3).
TUHAN ingin memberikan kepada Saudara kehidupan yang baik dengan mengisinya dengan hal-hal yang besar, hal-hal yang tidak terpahami, hal-hal yang tidak Anda ketahui.
Kehidupan yang baik tersebut Anda terima di dalam Kristus sehingga Anda dapat mengatakan, "Engkau memberitahukan kepadaku JALAN KEHIDUPAN; di hadapan-Mu ada SUKACITA berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada NIKMAT senantiasa" (Mzm. 16:11). Anda juga akan berkata kepada TUHAN, "Engkaulah kebahagiaanku!" (Mzm. 16:2). Anda akan berpartisipasi dalam kehidupan Tuhan, dalam kebahagiaan-Nya.
Ps. Lan Yong Xing