Search

Artikel Benarkah Sia-Sia?

Mazmur 73:1-20; Markus 8:36-37

Dalam doa puasa, salah satu hal yang harus kita renungkan dengan serius adalah apa yang kita kejar. Pernahkah Saudara tergiur dengan kemakmuran dan kekayaan orang lain? Pernahkah Saudara mendambakan kenyamanan dan kenikmatan serupa? Mungkin dalam hidup ini kita sering melihat orang yang tidak takut akan Tuhan, tetapi hidupnya “baik-baik” saja. Koruptor menikmati kemakmurannya, penipu online merampas uang hasil jerih payah seseorang, kekuatan uang membungkam kebenaran. Semua pemerasan, penipuan dan ketidakadilan menjengkelkan orang yang berusaha hidup benar.

Pemazmur mencurahkan kekesalannya terhadap kemakmuran orang-orang fasik. Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah (Mzm. 73:13).  Benarkah sia-sia menjadi orang benar? Mungkin saja, jika kita hanya memandang semuanya pada saat ini (only at this moment). Inilah perbedaan gosip dan berpuasa. Dalam bergosip, kita mencurahkan kejengkelan kita terhadap manusia kepada sesama penggosip, sedangkan dalam berpuasa, kita mencurahkannya kepada Allah.

Orang yang takut akan Tuhan memperjuangkan dan mempertahankan jalan hidup benar karena mereka TAKUT AKAN TUHAN. Sehingga penting untuk merenungkan hal-hal demikian dari perspektif Tuhan.
Mazmur 73:16-17
Demikianlah aku merenung untuk memahaminya, tetapi hal itu hanya menjadi kesusahan bagiku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, untuk memperhatikan kesudahan mereka.

Tuhan memanggil kita untuk merenungkan dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Tuhan memperhatikan bagaimana kita bekerja dan cuan (untung dari bisnis maupun penghasilan dari pekerjaan). Ada perbedaan besar antara jenis penghasilan (yang tidak jelas atau yang jelas-jelas jahat) dan bagian yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan ingin kita menikmati bagian yang berasal dari-Nya

Yesus pernah berkata, “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Mrk. 8:36-37). Ketika seseorang memilih untuk menjadi musuh Allah, ia sudah memilih memisahkan diri dari sumber kehidupan. Bukankah hidup terpisah dari sumber kehidupan adalah sia-sia?


Ps. Wennie Dong