Search

Artikel Apakah Tuhan Hadir Dalam Setiap Keputusanmu?

1 Samuel 4:1-22

Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."

Saat Israel kalah berperang melawan Filistin, Israel berpikir bahwa itu karena Tuhan tidak hadir dalam perang tersebut. Maka dari itu, bangsa Israel memutuskan untuk membawa tabut perjanjian ke tengah-tengah perang.

Pada waktu itu, tabut perjanjian melambangkan kehadiran Tuhan di tengah-tengah Israel. Namun, bangsa Israel salah memahami kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Bangsa Israel malah mengira bahwa Tuhan itu tinggal di dalam tabut itu. Dengan demikian, bangsa Israel menyamakan Tuhan dengan allah-allah bangsa lain yang kehadirannya dimaknai dengan patung-patung buatan manusia.

Dengan pemahaman demikian, maka tidak aneh jika bangsa Israel berpikir bahwa dengan membawa tabut itu ke tengah-tengah perang, Tuhan akan memenangkan perang mereka. Mereka tidak meminta pertolongan Tuhan, tetapi mereka dengan keputusan mereka sendiri ingin memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan mereka memenangkan perang.

Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah Tuhan sudah menjadi pribadi yang memerintah atas hidup kita? Atau malah kita yang berusaha memerintahkan Tuhan supaya Ia berbuat sesuai mau kita? Ketika kita diperhadapkan dengan suatu masalah di dalam keluarga atau di kantor, kalimat apa yang terucap di dalam doa kita? “Tuhan, tunjukkanlah kepadaku apa yang Engkau ingin aku perbuat dalam keadaan ini,” atau “Tuhan, lancarkanlah rencana yang sudah aku rancang untuk menyelesaikan masalah ini,”? Keduanya sama-sama berdoa kepada Tuhan, tetapi yang satu meminta petunjuk dari Tuhan dan yang satu memaksa rencananya sendiri kepada Tuhan.

Bangsa Israel memilih untuk melaksanakan rencananya sendiri tanpa meminta petunjuk dari Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan mematahkan segala rencana mereka. Bangsa Israel kalah perang sekalipun tabut itu ada di tengah-tengah mereka. Bahkan, tabut perjanjian itu dirampas oleh bangsa Filistin.

Kekalahan bangsa Israel dan dirampasnya tabut perjanjian tidak mengartikan bahwa Tuhan itu tidak berkuasa dan lemah di hadapan bangsa lain. Tuhan ingin menunjukkan kepada Israel bahwa Ia tidak sama seperti allah-allah lain yang kehadirannya dibatasi dengan sebuah benda atau patung. Tuhan adalah Allah yang mahakuasa dan berdaulat sehingga Ia tidak dapat diperintah oleh manusia.

Apakah Saudara mengenal Ia demikian? Saudara mungkin sudah biasa mendengar bahwa Tuhan itu mahakuasa dan berdaulat. Akan tetapi, apakah Saudara sudah hidup tunduk di bawah otoritas Tuhan yang berdaulat? Apakah Saudara meminta petunjuk dari-Nya ketika ingin mengambil keputusan dan bukannya memaksakan keputusan sendiri kepada Tuhan? Jika Saudara benar mengenal Tuhan demikian, maka Saudara pasti tunduk kepada Tuhan dengan meminta petunjuk kepada Tuhan dan tidak mengambil keputusan sendiri.

Saudara, mintalah petunjuk dari-Nya. Ia hadir dan tidak meninggalkan Saudara. Jika dahulu kehadiran Allah dilambangkan dengan tabut perjanjian, sekarang kehadiran-Nya dilambangkan dengan setiap kita, yaitu orang percaya. Tuhan hadir dan tinggal di dalam setiap kita yang percaya kepada-Nya.

Sdr. William Alexander