Search

Artikel Apa Misi Kita?

Ethan Hunt melaksanakan misi yang tidak dimungkinkan (Mission Impossible). Misi Allah merupakan misi yang tidak dimungkinkan (impossible mission) bagi manusia. Tidak mungkin Abraham dan Sarah yang tua bisa mendapatkan anak, tidak mungkin Musa yang pemalu dan gagap memimpin bangsa yang besar, tidak mungkin bangsa Israel dapat menyeberangi Laut Teberau, tidak mungkin singa-siinga yang lapar tidak memakan Daniel, tidak mungkin murid-murid yang tidak berpendidikan dan penakut memberitakan Jalan Kebenaran. Allah suka mengerjakan yang tidak mungkin bagi manusia. Allah memanggil kita menjadi agen misi yang tidak dimungkinkan tersebut.

Misi dalam arti yang sangat sederhana adalah "tugas yang spesifik" yang dilaksanakan baik oleh individu maupun kelompok. Pada umumnya, orang memandang sebuah gereja bermisi apabila ia pergi ke suatu tempat untuk membantu masyarakat setempat atau mendirikan sebuah gereja (church planting) di tempat lain atau mendirikan pos pelayanan di tempat lain. Kita harus mengerti bahwa Allah yang bermisi, bukan gereja. It is the misison of God, not the mission of the church.

Di GKI Duta Mas, saya menemukan jemaat melakukan misi yang TUHAN berikan. Ada yang mengalami pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Allah, kemudian ia mulai memimpin keluarganya untuk hidup menuruti firman Allah. Mereka mencari TUHAN bersama setiap hari. Kepala keluarga (terkadang ibu) mulai mengajarkan firman Allah kepada anggota keluarganya melalui pelayanan keluarga yang mereka mulai bersama (home ministry). Ada juga yang setelah diperbarui Roh Allah, mulai membawa anak dan suaminya kepada TUHAN. Kehidupan doa dan iman ibu tersebut berdampak pada keluarganya sehingga mereka mulai mendekatkan diri kepada TUHAN. Ada juga kepala keluarga yang mengalami pembaruan oleh Roh Allah, ia mulai memimpin keluarganya untuk mencari TUHAN setiap hari, mempelajari firman-Nya serta belajar memperhatikan pimpinan-Nya. Ada yang setelah diperbarui Allah menjadi seorang yang dapat memimpin dengan bijaksana (tadinya sering ditertawakan sebagai orang bodoh dan penakut).

Sikap jemaat beribadah juga berubah. Mereka yang dulunya sering terlambat dalam beribadah, kini datang lebih awal untuk mempersiapkan diri sebelum kebaktian dimulai. Sikap memimpin pujian juga berubah, dulu mereka bernyanyi, kini mereka memimpin orang memuji dan menyembah TUHAN Raja Semesta. Sikap pelayanan mereka juga berubah. Dulu mereka melayani dengan sikap yang penting "tugas selesai", kini mereka sungguh-sungguh memperhatikan apa yang TUHAN kehendaki dalam pelayanan mereka. Sikap dalam memberikan bantuan sosial juga berubah. Dulu mereka menganut sikap "yang penting membantu", kini mereka memberikan bantuan dengan penuh hikmat. Sikap mereka dalam bersaksi juga berubah, dulu mereka malu bersaksi dalam nama TUHAN, kini mereka berani bersaksi dalam nama-Nya. Dalam keseharian juga berubah, dulu mereka suka bergosip, kini mereka memuliakan Allah.

Jika kita tidak berhati-hati, misi gereja dapat dengan mudah digerakkan oleh keinginan sendiri. Kita menggunakan istilah rohani seperti bermisi, memuridkan, mendirikan jemaat baru, memberikan pelayanan sosial secara luas dan masif, tetapi di mata TUHAN, kita hanya mengerjakan keinginan pribadi agar kita dikenal sebagai gereja yang "sukses." Kita sedang menyenangkan manusia sekalipun kita menolak mengakuinya. Kita mengatakan kita melayani Allah padahal kita melayani kebutuhan kita untuk berhasil. Sekalipun kita tidak mengakuinya, tetapi mata TUHAN melihat. Godaan menjadi gereja yang sukses sangatlah besar. Fokus kita bukan menjadi gereja yang sukses. Jadilah gereja yang berkenan di hati Allah.

Gereja dapat terjebak dalam "keinginan untuk berkembang" yang diartikan dalam bentuk program pelayanan yang lebih masif, peserta yang lebih banyak, jangkauan yang lebih luas. Katakanlah program tahun ini menghadirkan 1000 peserta dan mencakup 5 negara, atau telah membantu 5000 keluarga miskin maka kita kemudian menargetkan 2000 peserta dengan cakupan 10 negara  dan membantu 10.000 keluarga miskin. Kita terjerat dalam keinginan untuk berkembang. Akhirnya yang memimpin kita bukan lagi Roh Kudus, tetapi kedagingan kita.

Sungguh sia-sia pelayanan kita jika TUHAN kemudian berkata "Aku tahu segala pekerjaanmu." (Why. 2:2). "Meskipun demikian, Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." (Why. 2:4). Jika kita tidak melayani TUHAN karena mengasihi Dia, kita akan melayani TUHAN karena mengasihi yang lain. Jika kita tidak melayani karena Nama TUHAN, kita akan melayani karena nama pribadi maupun nama institusi. 

Saudara, misi kita menjadi tidak berarti apabila kita telah meninggalkan kasih kita yang semula. Jangan membiarkan kasih kita kepada Allah memudar.

Ps. Lan Yong Xing