Search

Artikel Akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya

Ayub 23:3-4

Ada kalanya kita dikelilingi oleh orang-orang yang melelahkan hati kita. Perbuatan dan perkataan mereka bagaikan gigitan yang menginfeksi. Kita mungkin kehabisan akal dan energi untuk menghadapi orang-orang demikian. Mereka menggunakan kasih sebagai pedang dan tameng yang kuat. Padahal mereka telah mendistorsi kasih itu sendiri. Bagaimana kita menyebut kasih sebagai kasih jika kasih tersebut tidak mengenal TUHAN, tidak mengerti kehendak-Nya, tidak melakukan pekerjaan-Nya?

Ayub lelah, sungguh amat lelah. Ayub mematikan handphonenya karena dia lelah berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya. Eh, para sahabat yang penuh kasih sayang ini ternyata adalah tim pelawat ajaib. Mereka berkunjung membawa buah, pasta dan croissant kesukaan Ayub. Namun, mereka juga datang dengan alfabet raksasa yang membuat hati Ayub kelelahan. Cinta kasih mereka yang besar justru membuat Ayub kehilangan teman.

Ayub ingin mencari TUHAN. Dia berkata, "Akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan. Aku akan mengetahui jawaban yang diberikan-Nya kepadaku dan aku akan mengerti apa yang difirman-Nya kepadaku." (Ayub 23:4-5). Ayub bertekad untuk menyampaikan pembelaan diri di hadapan TUHAN. Dia yakin TUHAN pasti akan membelanya. TUHAN bahkan akan memperhatikan dirinya (Ayub 23:6). Ayub ingin berlindung di hadapan Hakimnya (Ayub 23:7). Ayub mengungkapkan sekalipun ia diuji TUHAN, dia pasti akan keluar seperti emas dan akan tetap mengikuti-Nya (Ayub 23:10-11).

Ayub gemetar, takut dan hatinya kecut bukan karena kegelapan, juga bukan karena gelap gulita meliputinya. Tetapi, karena takut kepada TUHAN Raja Semesta. Dia menyadari bahwa tidak ada kehendak TUHAN yang gagal dilaksanakan-Nya. Ayub mengenal TUHAN dengan baik. Dia mengerti hati-Nya. Ayub menyadari bahwa dia tidak dapat meraih TUHAN. Dia bahkan tidak dapat mencari TUHAN. Namun, dia percaya bahwa TUHAN pasti memperhatikan dia.

Apakah di dalam kegeraman, Saudara juga ingi membalas? Saudara merasa pembalasan adalah perbuatan keadilan sedangkan tidak membalas adalah kelemahan. Biarlah kita kelihatan lemah. Kristus adalah kekuatan kita. Kita tidak perlu membela diri. TUHAN yang akan membela kita. Daripada melakukan pembalasan, lebih baik kita memaparkan perkara kita di hadapan TUHAN, Sang Hakim yang Adil.

Ps. Lan Yong Xing